Pertemuan 2: Filsafat Ilmu

 

Topic: FILSAFAT ILMU
Time: Sep 2, 2022 07:30 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us06web.zoom.us/j/89805519333?pwd=amU5RS9QRFR3MTJSODdEelNQSnhXUT09
Meeting ID: 898 0551 9333
Passcode: MIKOM22

Berfilsafat, Karakter Berfilsafat, Dan Perkembangan Kajian

  • Proses pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Untuk mendapat kepastian dimulai dari keragu raguan. Berfilsafat dimulai dari kedua-duanya (Suriasumantri, 1994:19).
  • Bagaimana cara memperoleh pengetahuan yang benar atau cara berpikir filsafat? "Mengetahui apa. yang diketahui, dan mengetahui apa yang tidak diketahui."

Berpikir & Berfilsafat

  1. Berfilsafat berarti berendah hati. Dalam arti tidak akan pernah tahu semua kesemestaan yang tidak terbatas.
  2. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, keberanian berterus terang, seberapa jauh kebenaran yang dicari telah terjangkau. Dalam hal ilmu, yang kita miliki, apa yang sebenarnya kita ketahui ttg ilmu? Apakah ciri-ciri ilmu yang membedakan dengan pengetahuan lain yang bukan ilmu? Bagaimana kita tahu bahwa ilmu adalah pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita pakai menentukan kebenaran ilmiah? Mengapa kita harus mempelajari ilmu?
  3. Berfilsafat juga berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui. Apakah ilmu sudah mencakup pengetahuan yang seyogyanya kita ketahui dalam kehidupan? Apakah kelebihan dan kekurangan ilmu?

Karakter Berfilsafat?

  1. Sifat menyeluruh. Filsafat tidak hanya melihat pengetahuan dari sudut kelilmuan itu sendiri, tapi juga melihatnya dalam konstelasi ilmu pengetahuan lainnya. Filsafat ingin mengetahui hubungan ilmu dengan moral, dengan agama, atau ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya dan untuk orang banyak.
  2. Sifat mendasar (akar). Seorang yang berpikir filsafat dianalogikan selalu tengadah ke langit (kesemestaan) tapi sekaligus membongkar tempatnya berpijak secara mendasar, sampai akar-akarnya, atau fundamental. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana kriteria untuk menentukan bahwa ilmu itu benar? Apakah kriterianya benar? Benar itu apa dan seperti apa? Jadi kebenaran ilmu pengetahuan seperti sebuah lingkaran, yang harus dimulai dari suatu titik awal? Bagaimana menentukan titik awal yang benar?
  3. Ilmuwan, atau penguasa ilmu pun dapat bersikap picik. Contohnya, seorang ahli fisika nuklir memandang rendah ilmu ilmu sosial. Lulusan IPA merasa lebih tinggi dari lulusan IPS. Seorang ilmuwan memandang rendah ilmuwan lain yang berbeda ilmu lainnya. Mereka meremehkan moral, agama, atau nilai estetika. Mereka ini para ahli yang terjebak dalam tempurung keilmuan. masing-masing, Padahal jika menengadah ke langit, kita tidak tahu apa-apa (Sokrates).
  4. Sifat spekulatif. Kita tak mungkin. mengetahui pengetahuan secara keseluruhan, dan tidak yakin pada titik awal dari pemikiran-pemikiran yang mendasar itu. Kita hanya berspekulasi. Seluruh pengetahuan dimulai dari spekulasi. Dari spekulasi lalu orang dapat memilih buah pikiran yang merupakan titik penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria yang disebut benar, tidak mungkin pengetahuan lain berkembang di atas kebenaran. Tanpa apa yang disebut baik dan buruk, maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral. Tanpa wawasan apa itu indah dan buruk, kita tidak mungkin berbicara kesenian.

Perkembangan Telaah Filsafat & Pengetahuan

Menurut Will Durant: filsafat dapat diibaratkan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafat yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmu yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafat pergi. Filsafat kembali menjelajah laut lepas, berspekulasi, dan meneratas. Jadi, filsafat ibarat marinir yang merupakan pioner, bukan pengetahuan yang bersifat memerinci.

Perkembangan Ke-1 Bidang Kajian Filsafat:

  • Pada perkembangan tahap awal (Ke-1) filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu. Sejak Yunani Kuno hingga sekarang ini, kita tidak kunjung selesai mempermasalahkan keberadaan manusia. Setiap ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial, memiliki asumsi tertentu tentang manusia yang menjadi subjek kajian keilmuannya.
  • Perkembangan tahap Ke-2, filsafat mempersoalkan atau mengemukakan pertanyaan yang berkisar tentang ada (keberadaan), tentang hidup dan eksistensi manusia.
  • Apakah hidup ini sebenarnya? Apakah hidup itu semata-mata peluang pada nasib (takdir) seperti dalam lemparan dadu yang bersifat acak? Atau hidup. itu absurd (muskil), tanpa arah tanpa bentuk, bagaikan. bergerak tapi tidak jelas hanya zig zag?

0 Komentar