Pertemuan 6: Filsafat Ilmu


Topic: FILSAFAT ILMU
Time: Okt 3, 2022 19:30 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us06web.zoom.us/j/89805519333?pwd=amU5RS9QRFR3MTJSODdEelNQSnhXUT09
Meeting ID: 898 0551 9333
Passcode: MIKOM22

Apakah harus Menjadi Seseorang untuk Mengetahui Seseorang?

Jika know/tahu (memahami, mengetahui, mengenal) didefinisikan sebagai "memiliki pengalaman bersama," maka sudah pasti benar bahwa hanya orang-orang yang sangat mirip dengan saya yang tampaknya memiliki pengalaman-pengalaman khas saya, dan hanya orang orang seperti saya yang dapat memahami saya. Maka lahir doktrin insider epistemology, anda harus menjadi seseorang untuk mengetahui seseorang.

Benarkah, Buku Ditulis dengan Doktrin Anda harus menjadi Seseorang untuk Melukiskan Seseorang

Memahami sebuah pengalaman bukan berarti berarti mampu mengalaminya, memahami pengalaman berarti menyampaikan maksud-maksudnya (dalam pengertian luas. mencakup ungkapan diskursif dan non diskursifnya).

Pengetahuan tidak hanya berupa pengalaman itu sendiri, tapi juga usaha menangkap makna pengalaman tersebut.

Dengan alasan inilah, pengetahuan bukan identifikasi psikis, melainkan pemahaman (interpretatif): memahami diri sendiri dan orang lain merupakan salah satu contoh dari usaha. mengkodifikasi, menjelaskan, menganalisis, dan menguraikan, bukan sekedar contoh dari ikatan psikis.

Menangkap Makna, Respek, Peka dan Interaksi

  1. Anda dapat memahami makna suatu pengalaman sekalipun anda tidak mengalaminya sendiri, dan sekalipun anda jauh berbeda dengan mereka yang mengalami sendiri. Kadangkala, lebih mudah bagi yang bukan "seseorang untuk memahami makna pengalaman karena mereka memiliki keberjarakan dari pengalaman tersebut, agar dapat menilai dan melukiskan arti pentingnya.
  2. Namun, anda harus peka terhadap mereka untuk memahami makna kehidupan mereka. Manusia adalah makhluk yang mengalami,, di mana berbagai macam kegiatan dan relasinya sangat dipengaruhi oleh pikiran dan perasaannya. Ilmuwan sosial-terlebih-lebih ilmuwan komunikasi tidak dapat memahami berbagai tindakan dan relasi orang begitu saja. kecuali kalau mereka mampu respek atau menghargai sifat peristiwa dan keadaan mental tersebut, dan mereka tidak dapat melakukannya, kecuali kalau mereka peka terhadap karakter yang mereka hidupkan.
  3. Seringkali, melalui interaksi dengan orang lain atau memiliki pengalaman yang hampir sama secara umum, kepekaan-kepekaan pemahaman ini dapat dipertajam (participant observation).

Kesimpulan

  • Kepekaan yang dipertajam dengan pengalaman-pengalaman yang sama sering kali merupakan sebuah tahapan penting dalam usaha memahami kehidupan orang lain; ini lah kebenaran di dalam tesis bahwa: "Anda harus menjadi Seseorang untuk mengetahui dan menjelaskan Seseorang."
  • Tesis: Insider Epistemology ini didukung oleh doktrin Verstehen (memahami, dalam bahasa Jerman) yang dipopulerkan oleh Max Weber.

OBJEKTIVISME & ANTAR SUBJEKTIVISME

OBJEKTIVISME

Sebelum Muncul Objektivisme:

  1. Yang benar tidak lebih dari kebenaran yang bersifat bijaksana secara politis, dan atas dasar inilah mereka menolak perbedaan antara ilmu dan propaganda.
  2. Bahwa ilmu sosial utama merupakan senjata bagi sekelompok administrator yang cenderung "menormalisasikan" kepentingan mereka dan dengan cara demikian bisa membuat mereka merasa tenang.

Objektivisme:

  1. Objektivitas biasanya sebagai alat pertahanan. Objektivitas menuntut agar para ilmuwan sosial menolak diintimidasi oleh atau menolak menjadi agen-agen bagi agenda-agenda politik atau kebijaksanaan konvensional yang ada;
  2. Objektivitas juga menentukan agar mereka tidak menutupi agenda-agenda politik dan pribadi mereka sendiri sebagai laporan-laporan ilmiah mengenai bagaimana masyarakat dan manusia di dalamnya bisa berjalan sebagaimana mestinya

Definisi Objektivisme:

Tesis bahwa terdapat realitas "di dalamnya" yang tidak tergantung pada pikiran (ide) dan bahwa realitas (pengalaman) ini dapat diketahui sedemikian rupa.
Jika pada masa kecil kita tidak bisa membedakan antara pikiran-pikiran yang sudah ada dengan apa yang ada dalam pikiran kita, maka kematangan epistemik manusia dapat membedakan antara pikiran-pikiran (kita) dengan apa yang ada dalam pikiran kita, antara otak kita dan realitas di luar otak kita, antara kebenaran dan kepalsuan.

Keinginan, ketakutan, atau prakonsepsi kita ini semua dan elemen-elemen subjektif lain yang tak terhitung jumlahnya mengaburkan cerminan pikiran kita, yang menutupi pandangan mental kita dan dengan demikian menghalangi kita untuk melihat realitas secara jelas.

"Benar secara objektif," karena kebenaran objektif diperoleh dengan membebaskan diri kita dari elemen-elemen mental (kita) yang menipu, objektivitas dapat juga didefinisikan sebagai keadaan kognitif yang secara apriori kekurangan berbagai kategori dan konsepsi, keinginan, emosi, pertimbangan nilai, dan sebagainya yang pasti menyesatkan dan dengan demikian dapat mencegah pencapaian kebenaran objektif.

ANTAR-SUBJEKTIVISME

Apa yang membuat proses investigasi/penelitian bersifat objektif?
Investigasi/penelitian objektif adalah investigasi dimana para investigator/peneliti harus mengabaikan impian khayal mereka (pikiran-pikirannya sendiri), menghilangkan berbagai interpretasi yang dimiliki, mengurung berbagai perspektif mereka sendiri agar dapat masuk ke dalam perspektif-perspektif lawan secara simpatik (pikiran-pikran dari subjek-subjek yang diteliti) dan menyelidiki secara kritis berbagai macam perspektif yang mudah datang (sudut-sudut pandang yang lain) kepada mereka/peneliti (dalam investigasi/penelitian).

Jadi objektivitas investigasi/penelitian merupakan proses sosial karena objektivitas menuntut berbagai tanggapan terhadap berbagai teori yang digunakan (pikiran pikiran) dan hasil investigasi/penelitian orang lain, dan kesiapan untuk melakukan revisi atas dasar kritik mereka.

Objektivitas yang dipahami dengan cara demikian paling baik diberi istilah antar subjektivitas-kritis.

0 Komentar